Pages

Sunday, January 8, 2012

Garuda Di Dadaku 2 Semangat Garuda Tetap Membahana



JAKARTA- Setelah sukses meraup 1,3 juta penonton pada 2009 lalu, kini sekuel film Garuda Di Dadaku siap dirilis, 15 Desember mendatang.

Melanjutkan cerita dari Garuda Di Dadaku, film ini masih tetap fokus pada kisah Bayu (Emir Mahira) dan kecintaannya terhadap olahraga sepak bola. Namun bumbu konflik dalam persahabatan, hubungan dengan keluarga, juga percintaan tampak dikemas apik.

Bayu harus membuktikan dirinya pantas mengenakan seragam Indonesia dengan membawa timnas menjuarai kompetisi junior tingkat ASEAN di Jakarta. Setelah pelatih timnas diganti

dengan orang baru Pak Wisnu (Rio Dewanto) yang memiliki tekhnik latihan yang unik. Cenderung keras namun mendidik mental semua pemain timnas termasuk Bayu. 

Bayu yang kini memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Berawal dari ketidaksengajaan dia mengenal Anya (Monica Sayangbati), siswi pindahan dari luar daerah yang bersikap dingin karena cukup idealis. Hubungan keduanya mulai berangsur kearah suka-sukaan masa remaja atau biasa disebut cinta monyet saat keduanya terlibat dalam satu kelompok pengerjaan tugas maket.

Suka-sukaan tak hanya terjadi kepada Bayu, namun juga sang ibu, Wahyuni (Maudy Koesnaidi). Seorang ibu tunggal yang selama ini membesarkannya mulai terlihat dekat dengan kawan bisnisnya Rudy (Rendy Khrisna), yang membuat Bayu kesal dengan sikap mesra sang ibu.

Di tengah semangatnya berlatih untuk merebut piala bola Asean, Bayu malah banyak mendapat masalah. Bayu merasa ditinggalkan orang-orang terdekatnya. Heri, sahabatnya, makin akrab denganthe rising star, Yusuf.

Sikap ibunya yang tampak jatuh cinta dengan Om Rudy. Ditambah dengan situasi tim yang porak poranda menjelang final. Apakah Bayu mampu mengembalikan kepercayaan diri serta jiwa kepemimpinannya di final?

Perpaduan antara skenario dari Salman Aristo dengan sutradara Rudi Soedjarwo memang mampun mengkoyak-koyakkan mood penonton. Film Garuda Di Dadaku 2 ini juga berhasil menyindir aspek politik dalam badan organisasi sepak bola. Konflik persahabatan dan percintaan diceritakan secara pas tak terlalu berlebihan.

"Pada dasarnya kita concern, mencintai betul dengan sepakbola. Jadi kita sebagai film makermenyampaikan sesuatu lewat ini. Yah mungkin terasa sindiran. Ini refleksi aja, pantulan dengan harapan Indonesia menang nantinya," tutup Salman tertawa.

No comments:

Post a Comment